I. Di dalam Al-Hidayah III: 753/As-Sunan Wal-Mubtadi’at:142
أَنَّ صِّدِّيْقَ أَنْكَرَ عَلَى أَهْلِهِ صِيَامَهُ وَأَنَّ عُمَرَ كَانَ يَضْرِبُ بِالدَّرَّةِ صَوَّامَهُ وَيَقُوْلُ إِنَّمَا هُوَ شَهْرٌ كَانَتْ تُعَظِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ.
Sesungguhnya Abu Bakar Shiddiq mengingkari (menolak) shaum Rojab, malah Umar bin Khottob memukul dengan cambuk kepada mereka yang melakukan shaum Rojab sambil berkata: Sesunguhnya bulan Rojab itu adalah bulan yang biasa di agungkan oleh orang-orang jahiliyyah.
II. As-Sunan Wal Mubtadi’at: 141
قَالَ الْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ فِى كِتَابِهِ _تَبْيِيْنِ الْعَجَبِ بِمَا وَرَدَ فِى فَضْلِ رَجَبَ لَمْ يَرِدْ فِى فَضْلِ سَهْرِ رَجَبَ وَلَا فِى صِيَامِهِ وَلَا فِى صِيَأمِ شَيْئٍ مِنْهُ مُعَيَّيٌ وَلَا فِى قِيَامِ لَيْلَةٍ مَخْصُوْصَةٍ فِيْهِ حَدِيْثٌ ضَحِيْحٌ يَصْلُحُ لِلْحُجَّةِ.
Menurut Al-Hafizh Ibnu Hajar didalam kitabnya “Tabyinul Ajab Bima Waroda Fi Fadhli Rojab” tidak datang satupun hadits tentang keutamaan bulan Rojab yang shohih, yang shaum pada bulan itu dan tidak ada pula tentang shaum tertentu, tidak ada juga sholat malam yang di tentukan didalamnya, yakni tidak tidak ada hadits shohih yang dijadikan hujjah.
وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ وَلَمْ يَصُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الثَّلَاثَةَ اْلأَسْهُرَ سَرْدًا كَمَا يَفْعَلُهَ بَعْضُ النَّاسِ وَلَا صَامَ رَجَبًا قَطِّ وَلَا اسْتُحِبَّ صِيَامُهُ بَلْ رُوِيَ عَنْهُ النَّهْيُ عَنْ صِيَامِهِ (رواه ابن ماجه)
Dan kata Ibnul Qoyyim: Rosulullah shollallohu`alaihi wasallam tidak pernah melakukan shaum pada tiga bulan secara terus menerus sebagaimana dilakukan sebagian orang, dan beliau sama sekali tidak melakukan shaum Rojab sama sekali dan tidak pula menganjurkannya. Justru ada riwayat dari beliau tentang larangan puasa bulan Rojab. Hr. Ibnu Majah.
Keterangan
1. Tidak ada satupun hadits yang menyebutkan tentang keutamaan shaum pada bulan Rojab.
2. Jika sesuatu hal tidak dijelaskan oleh nash, maka melakukannya adalah bid’ah, sebagaimana hadits Rosulullah shollallohu`alaihi wasallam:
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ (متفق عليه)
a. Siapa saja mengadakan dalam urusan kami yang bukan dari ajarannya, maka ditolak. Mutafaq Alaih.
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ (رواه مسلم)
b. Siapa saja yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia ditolak. Hr. Muslim.
3. Jadi mengistimewakan bulan Rojab dengan puasa atau dengan ibadah lainnya, karena tidak ada nash, maka bid’ah hukumnya.
4. Kecuali perintah umu yaitu:
– Puasa Senin dan Kamis.
– Puasa tanggal 13,14 dan 15 yang disebut Ayyamul Bidh.
Tinggalkan Komentar