Info Sekolah
Kamis, 01 Mei 7310
  • PESANTREN GRATIS DI JAKARTA UTARA YANG DIDIRIKAN PADA TAHUN 1983 OLEH UST. ABDULLAH HANAFI
  • PESANTREN GRATIS DI JAKARTA UTARA YANG DIDIRIKAN PADA TAHUN 1983 OLEH UST. ABDULLAH HANAFI
26 Juni 2023

KEDUDUKAN TAKBIR ZAWAID PADA SHOLAT ‘IEDAIN

Sen, 26 Juni 2023 Dibaca 417x Fiqh / Takbir

Didalam kitab Nailul Author jilid II juz 3 halaman 365 dan 366 disebutkan bahwa takbir Zawaid itu ada 10

  1. Rokaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir, dilakukan sebelum qiro’ah.
  2. Rokaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir. Takbirotul ihrom termasuk didalam yang 7 kali tersebut.
  3. Roakaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 7 kali juga.
  4. Rokaat pertama 3 kali takbir setelah takbiratul ihrom. Dibaca sebelum qiroah dan rokaat kedua 5 kali takbir setelah qiroah.
  5. Rokaat pertama 6 kali takbir dan setelah mengucapkan takbirotul ihrom. Rokaat kedua 3 kali takbir setelah qiroah.
  6. Rokaat pertama 4 kali takbir diluar takbirotul ihrom dan rokaat kedua 4 kali takbir.
  7. Rokaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir. Qiro’ah pada rokaat pertama setelah takbir,dan qiro’ah pada rokaat kedua sebelum takbir.
  8. Rokaat pertama 6 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir untuk ‘Idul Fitri. Rokaat pertama 3 kali dan rokaat kedua 2 kali takbir untuk ‘Idul Adha.
  9. Rokaat pertama 11 kali takbir dan rokaat kedua 9 kali takbir untuk ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha.
  10. Rokaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir. Dilakukan setelah qiro’ah

Inilah takbir Zawaid tetapi yang masyhur dilakukan kebanyakan orang adalah 7&5.

I. DALIL-DALIL YANG DIGUNAKAN UNTUK TAKBIR ZAWAID

Pertama : 7 dan 5 kali.

I. SAD: I : 270 : 1149.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ اَخْبَرَنَا ابْنُ لُهَيْعَةَ عَنْ عُقَيْلٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رع اَنَّ النَّبِيَّ ص م كَانَ يُكَبِّرُ فِي الفِطْرِ وَالاضْحَى فِي الاُوْلَى سَبْعُ تَكْبِيْرَةٍ فِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا.

Artinya:

Bercerita kepada kami Qutaibah, mengkhobarkan kepada kami Ibnu Luhai’ah, dari Uqoil, dari Ibnu Syihab, dari Urwah,dari ‘Aisyah ra. Sesungguhnya Nabi Saw adalah membaca takbir pada sholat ‘Idul fitri dan ‘Idul Adha 7 kali takbir pada rokaat pertama dan 5 kali takbir pada rokaat kedua.

Keterangan :

A. Susunan sanad

1. Abu Daud

2. Qutaibah

3. Ibnu Luhai’ah

4. Uqoil

5. Ibna Syihab

6. Urwah

7. ‘Aisyah

B. Kedudukan Hadits

Dho’if/Lemah

C. Kedho’ifan hadits.

Sanad No. 3 yaitu Ibnu Luhai’ah disebut dalam Ainul Ma’bud IV : 6 :

1. إِبْنُ لُهَيْعَةَ ( عَبْدُ اللهِ بْنُ لُهَيْعَةَ ) وَلاَيُحْتَجُّ بِحَدِيْثِهِ.

2. وَذَكَرَ الدَّارَقُطْنِى فِي عِلَلِهِ أَنَّ فِيْهِ اِضْتِرَابًا. وَالاِضْتِرَابُ فِيْهِ مِنِ ابْنِ لُهَيْعَةَ

3. قَالَ التُّرْمُذِيُّ فِي عِلَلِهِ : سَاَلْتُ مُحَمَّدًا عَنْ هَذَا الْحَدِيْثِ فَضَعَّفَهُ. لاَ أَعْلَمُ رَوَاهُ غَيْرَ ابْنِ لُهَيْعَةَ.

  1. Ibnu Luhai’ah {Abdullah bin Luhai’ah} dia tidak bisa dijadikan hujjah haditsnya.
  2. Imam Daruquthni menjelaskan didalam kitab ‘Ilalnya: Bahwa di dalam hadits itu ada Idhthirob/kegoncangan dan kemudhthoriban didalamnya itu adanya Ibnu Luhai’ah.
  3. Imam Turmudzi berkata didalam ‘Ilalnya: Aku pernah bertanya kepada Muhammad tentang hadits ini {7 dan 5} maka Ia mendho’ifkannya. Aku tidak mengetahui selain Ibnu Luhai’ah yang meriwayatkannya.
  4. Letak kedho’ifan hadits.
    1. Idhthirob/goncang.
    2. Kegoncangan tersebut pada rowi Ibnu Luhai’ah.
  5. Jadi hadits diatas tidak bisa dijadikan hukum untuk menetapkan takbir 7 & 5.

2. SAD : I : 270 : 1151

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ أَخْبَرَنَا الْمُعْتَمِرُ قَالَ : سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَبْدِالرَّحْمَانِ الطَّائِفِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَبْد اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص م التَّكْبِيْرُ فِي الْفِطْرِ سَبْعٌ فِي الاُوْلَى وَخَمْسٌ فِي الآخِرَةِ. وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا.

Artinya:

Bercerita kepada kami Musaddad, mengkhobarkan kepada kami Al-Mu’tamar, Ia berkata: Aku pernah mendengar Abdullah Bin Abdur Rohman At-Thoifi. Bercerita dari Amr Bin Syu’aib dari Bapaknya, dari Abdulloh Bin Amr Bin Al-Ash, Ia berkata: Nabi Saw berkata: Takbir pada sholat ‘Idul Fitri itu 7 kali rokaat pertama dan 5 kali rokaat kedua dan qiro’ah sesudah kedua takbir itu.

Keterangan :

A. Susunan sanad

1. Abu Daud.

2. Musaddad

3. Al-Mu’tamir.

4. Abdulloh Bin Abdur Rohman At-Thoifi.

5. Amr Bin Syu’aib.

6. Bapaknya Amr Bin Syu’aib.

7. Abdulloh Bin Amr Bin Ash

B. Kedudukan hadits.

Hadits diatas dho’if

C. Kedho’ifan Hadits.

Kedudukan hadits disebabkan rowi nomor 4 yaitu Abdur Rohman At-Thoifi.

D. Menurut ahli hadits.

Ahli hadits menjelaskan tentang rowi tersebut didalam.

1. AM : IV : 8

1. قَالَ ابْنُ الْقَطَّانِ فِى كِتَابِهِ : وَالطَّائِفِيُّ هذَا ضَعَّفَهُ جَمَاعَةٌ.مِنْهُمْ ابْنُ مَعِيْنٍ. وَقَالَ الْمُنْذِرِيُّ فِى إِسْنَادِهِ عَبْدُ اللّهِ بْنُ عَبْدِالرَّحْمانِ الطَّائِفِيُّ وَفِيْه مَقَالٌ.

Artinya:

Ibnu Qoththon berkata didalam kitabnya: Dan At-Thoifi ini dilemahkan oleh jama’ah {ahli hadits} antara lain Ibnu Ma’in. Dan Al-Mundziri berkata: Didalam sanad hadits tersebut ada rowi yang bernama Abdulloh Bin Abdur Rohman At- Thoifi, dia rowi yang dibicarakan / jadi gunjingan.

2. MI : II : 452.

قَالَ ابْنُ مَعِيْنٍ : صُوَيْلِحٌ. وَقَالَ مَرَّةً : ضَعِيْفٌ. وَقَالَ نَسَائِيُّ وَغَيْرُهُ : لَيْسَ بِالْقَوِيِّ.

Artinya:

Ibnu Ma’in Berkata : Dia agak sholeh. Dilain kali berkata: Dia lemah / Dho’if. An Nasai berkata: Dia itu tidak kuat.

3. TT : III : 194

قَالَ النَّسَائِيُّ : لَيْسَ بِذَلِكَ الْقَوِيُّ. وَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ سَعِيْدٍ عَنِ ابْنٍ مَعِيْنٍ : ضَعِيْفٌ. وَقَالَ فِى مَوْضِعِ آخَرَ صُوَيْلِحٌ. وَقَالَ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ عَنِ ابْنِ مَعِيْنٍ : لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ . وَقَالَ الْبُخَارِيُّ فِيْهِ نَظَرٌ.

Artinya:

– An-Nasai Berkata: Dia tidak begitu kuat.

– Usman Bin Malik Berkata dari Ibnu Ma’in: Do’if.

– Masih kata dia pada tempat lain: Dia agak Sholeh.

– Ibnu Abi Maryam Berkata : dari Ibnu Ma’in: Dia tidak apa-apa

– Imam Bukhori Berkata: Perlu diteliti.

Kesimpulan :

Dengan demikian hadits yang menjelaskan tentang takbir 7 dan 5 tidak bisa diamalkan karena :

1- Dho’if

2- Mudhthorib

3- Mursal

4- Tidak kuat

Kedho’ifan hadits ini semua tertumpu kepada rowi yang bernama Abdullah Bin Luhai’ah.

 

II Hadits tentang takbir 7 dan 4, 7 dan 5

1- SAD : I :270 : 1152

حَدَّثَنَا أَبُوْ تَوْبَةَ الرَّبِيْعُ بْنُ نَافِعٍ. حَدَّثَّنَاسُلَيْمَانُ يَعْنِي ابْنُ حَيَّانَ عَنْ أَبِيْ يَعْلَى الْطَّائِفِيِّ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ ص م كَانَ يُكَبِّرُ فِيْ الْفِطْرِ فِيْ اْلأُوْلَى سَبْعًا ثُمَّ يُكَبِّرُ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا ثُمَّ يَقْرَأُ ثُمَّ يَرْكَعُ. قَالَ أَبُوْدَاوُدَ رَوَاهُ وَكِيْعٌ وَابْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ: سَبْعًا وَخَمْسًا

Artinya :

Telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Robi Bin Nafi. Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ya’ni Ibnu Hayyan, dari Abu Ya’la At-Thoifi, dari Amr Bin Syu’aib, dari Bapaknya dari Kakeknya, bahwa Nabi Saw adalah mengucapkan takbir pada sholat ‘Idul Fitri dirokaat pertama 7 kali, kemudian qiro’ah, kemudian bertakbir lalu bangun,maka bertakbir lagi 4 kali kemudian qiro’ah kemudian ruku. Abu Daud berkata: Waki dari Ibnu Mubarroh berkata: 7 kali dan 5 kali.

Keterangan :

A. Susunan Sanad

1. Abu Daud.

2. Abu Taubah, Ar-Rabi Bin Nafi

3. Sulaiman,ya’ni Ibnu Hayyan.

4. Abu Ya’la At-Thoifi

6. Amr Bin Syu’aib.

7. Bapaknya {Syu’aib}

8. Kakeknya.

B. Arti Hadits.

Maksud hadits adalah pada roka’at pertama takbir 7 kali lalu membaca Al- Fatihah dan surat. Lalu bertakbir untuk ruku, maka bangkit lagi {satu rokaat } Pada rokaat kedua takbir 4 kali, kemudian membaca Al- Fatihah dan Surat, kemudian ruku. Disini berarti hanya 7 kali dan 4 kali. Tetapi versi Waki dan Ibnu Mubarrok adalah: Rokaat pertama 7 kali dan rokaat kedua 5 kali.

C. Kedudukan Hadits

Hadits diatas adalah Dhoif / Lemah.

D. Rowi yang bermasalah.

Yang menjdi masalah hadits diatas adalah عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ

Bapaknya,dari Kakeknya

E. Komentar para Ahli Hadits.

1. MI : III : 266.

قَالَ ابْنُ حَيَّانَ فِيْ اْلإِحْتِجَاجِ لِرَأْيِهِ بِرِوَايَةِ عَمْرِوابْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ. إِنْ أَرَادَ جَدَّهُ عَبْدُاللّهِ فَشُعَيْبٌ لَمْ يَلْقَهُ فَيَكُوْنُ مُنْقَطِعًا وَإِنْ أَرَادَ مُحَمَّدًا فَلاَ صُحْبَةَ لَهُ فَيَكُوْنُ مُرْسَلاً

Artinya:

Kata Ibnu Hayyan didalam Al-Ihtijaj {menguatkan pendapatnya dengan menolak} riwayat Amr Bin Syu’aib an abihi an jaddihi Yaitu :

Jika yang dimaksud Kakeknya itu adalah Abdulloh, maka Syu’aib {Bapaknya Amr} tidak pernah bertemu dengan Abdulloh, maka kedudukan hadits adalah Munqothi. Tetapi jika yang dimaksud Kekeknya itu adalah Muhammad, Muhammad bukan termasuk shohabat, maka haditsnya menjadi Mursal.

2. MI : III : 266.

وَلكِنْ أَعَلَّ بَعْضُهُمْ رِوِايِتَهُ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ بِأَنَّ الظَّاهِرُ جَدُّ عَمْرٍو هُوَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِاللّهِ ابْنِ عَمْرٍو فَتَكُوْنُ أَحَادِيْثُهُ مُرْسَلَةً.

Artinya :

Dan tetapi sebagian besar Ulama telah menganggap cacat riwayat an abihi an jaddihi. Karena kenyataannya Kakeknya amr itu adalah Muhammad Bin Abdulloh Bin Amr, maka jadilah hadits-hadits { riwayat Amr Bin Syu’aib } adalah Mursal semua.

3. Idem

وَقَالَ ابْنُ عَدِيٍّ: عَمْرُوبْنُ شُعَيْبٍ فِيْ نَفْسِهِ ثِقَةٌ إِلاَّ إِذَا رَوَي عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ عَنِ النَّبِيَّ ص م يَكُوْنُ مُرْسَلاً لأَنَّ جَدَّهُ عِنْدَهُ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَمْرٍو وَ لاَ صُحْبَةَ لَهُ.

Artinya :

Ibnu Adi Berkata: Amr Bin Syu’aib secara pribadi Ia adalah orang kepercayaan, kecuali apabila Ia meriwayatkan melalui ’an abihi ‘an jaddihi dari Nabi Saw. Maka haditsnya menjadi Mursal karena Kakeknya Amr itu adalah Muhammad Bin Abdulloh Bin Amr bukan termasuk golongan Sahabat.

4. MI : III : 267

وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ : عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ إِذَا رَوَي عَنْ طَاوُسٍ وَابْنُ الْمُسَيَّبِ وَغَيْرِهِمَا مِنَ الثِّقَاتِ غَيرِ أَبِيْهِ فَهُوَ ثِقَةٌ يَجُوْزُ اْلإِحْتِجَاجُ بِهِ وَإِذَا رَوَى عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ فَفِيْهِ مَنَاكِيْرُ كَثِيْرَةٌ فَلاَ يَجُوزُ عِنْدِى اْلإِحْتِجَاجُ بِذَاكَ.

Artinya;

Dan berkata Ibnu Hibban: Amr Bin Syu’aib apabila Ia meriwayatkan { hadits } dari Thowus dan dari Ibnu Al-Musayyab dan yang lainnya termasuk rowi-rowi kepercayaan selain ’an abihi maka Ia seorang kepercayaan,boleh dipakai Hujjah dengannya. Dan apabila Ia meriwayatkan ’an abihi ‘an jaddihi { dari Bapaknya dari Kakeknya } maka didalamnya banyak penolakan / kemungkaran, maka tidaak boleh menurutkan berhujjah dengan begitu.

5. Idem

قَالَ: وَإِذَارَوَى عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ فَإِنَّ شُعَيْبًا لَمْ يَلْقَ عَبْدَ اللّهِ فَيَكُوْنُ الْخَبَرُ مُنْقَطِعًا وَإَنْ أَرَادَ بِجَدِّهِ ْالأَدْنَى فَهُوَمُحَمَّدٌ وَلاََصُحْبَةَ لَهُ فَيَكُونُ مرْسَلاً.

Artinya :

Ibnu Hayyan Berkata: Apabila Ia { Amr Bin Syu’aib } Meriwayatkan ’an abihi ‘an jaddihi maka sesungguhnya Syu’aib { Bapaknya Amr } tidak pernah bertemu dengan Abdulloh { Kakeknya amr } maka jadilah haditsnya Munqothi. Tetapi jika yang dimaksud Kakeknya { Amr } itu yang terdekat yaitu Muhammad. Dia bukan seorang Shohabat ,maka kedudukan haditsnya Mursal.

6. MI : III 265

قَالَ أَبُوْزُرْعَةَ: إِنَّمَا أَنْكَرُوْا عَلَيْهِ كَثْرَةُ رِوَايَتِهِ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ. قَالَ عَبْدُ الْمَلِكِ الْمَيْمُونِيُّ سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ يَقُوْلُ : عَمْرُوْ بْنُ شُعَيْبٍ لَهُ أَشْيَاءُ مَنَاكِيْرُ.وَقَالَ والأَثْرَمُ: سُئِلَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ فَقَالَ : رُبَّمَا اِحْتَجَجْنَا بِحَديْثِهِ وَ رُبَّمَا وَجَسَ فِى الْقَلْبِ مِنْهُ.

Artinya :

Abu Jur’ah berkata: Sesungguhnya mereka mengingkari/menolak atas kebanyakan riwayat { Amr Bin Syu’aib } “’an abihi ‘an jaddihi”

Abdul Malik Al-Maimuni Berkata: Aku pernah mendengar Ahmad Bin Hambal Berkata: Amr Bin Syu’aib mempunyai banyak hal-hal yang dapat ditolak. Al-Atsrom berkata: Ahmad Bin Hambal pernah ditanya tentang Amr Bin Syu’aib, maka Ia menjawab: sekali waktu Kami berhujjah dengan haditsnya, tetapi kadang-kadang Kami simpan di dalam hati

7. TT : IV 348

قَالَ إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُوْرٍعَنْ يَحْيَى بْنِ مُعِيْنٍ : إِذَا حَدَّثَ عَمْرُوْ بْنُ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ فَهُوَ كِتَابٌ وَمِنْ هُنَا جَاءَ ضَعْفُهُ. وَإِذَا حَدَّثَ عَنْ سعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَوْسُلَيْمانَ بْنِ يَسَارٍأَوْ عُرْوَةَ فَهُوَ ثِقَةٌ.

Artinya ;

Ishaq Bin Mansur Berkata dari Yahya Bin Mu’in: Apabila Amr Bin syu’aib bercerita ’an abihi ‘an jaddihi maka ini merupakan catatan saja dan dari sini {an abihi an jaddihi} timbul kelemahan/kedho’ifan hadits tersebut. Tetapi apabila Ia meriwayatkan dari Said Bin musayyab, Sulaiman Bin Yasar atau dari Urwah, maka Ia { Amr Bin Syu’aib } seorang kepercayaan.

8. TT : IV ; 349/350

وَقَدْ أَنْكَرَ جَمَاعَةٌ أَنْ يَكُوْنَ شُعَيْبٌ سَمِعَ مِنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَمْرٍو ذَلِكَ مَرْدُوْدٌ وَمِنْ ذَلِكَ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ أَبِيْ شَيْبَةَ: سَأَلْتُ عَلِيَّ بْنَ الْمَدِيْنيّ عَنْ عمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ فَقَالَ: مَارَوَى عَنْهُ أَيُّوْبُ وَابْنُ جُرَيْجٍ فَذَلِكَ لَهُ صَحِيْحٌ وَمَا رَوَى عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ فَهُوَ كِتَابٌ وَجَدُّهُ فَهُوَ ضَعِيْفٌ.

Artinya:

Dan sesungguhnya telah mengingkari jama’ah { para ahli hadits } keberadaan Syu’aib telah mendengar dari Abdulloh Bin Amr, maka itu ditolak. Oleh karena itu Muhammad Bin Utsman Bin Abi Syaibah berkata: Aku pernah bertanya kepada Ali Al-Madini tentang Amr Bin Syu’aib, maka Ia menjawab apa saja yang diriwayatkan Ayyub dan Ibnu Juraij maka itulah yang shohih dari padanya. Tetapi apa yang Ia riwayatkan melalui ‘An abihi ‘an jaddihi maka itu sebuah catatan saja. Dan Kakeknya itu adalah dho’if.

9. TT : IV :350

وَقَالَ ابْنُ عَدِيٍّ: عَمْرُو بْنُ شُعَيْبٍ فِى نَفْسِهِ ثِقَةٌ. إِلاَّ إِِذَا رَوَى عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جدِّهِ يَكُوْنَ مُرْسَلاً. لأَِنَّ جَدَّهُ مُحَمَّدٌ لاَ صُحْبَةَ لَه.ُ

Artinya :

Ibnu Adi Berkata: Amr Bin Syu’aib secara pribadinya adalah seorang kepercayaan , kecuali apabila Ia meriwayatkan dari Bapaknya dari Kakeknya {‘an abihi ‘an jaddihi} itu adalah Mursal. Karena Kakeknya itu bernama Muhammad dan Dia bukan seorang shohabat.

10. TT : IV : 350

وَقَالَ بْنُ حِبَّانَ فِى الضُّعَفَاءِ: إِذَا رَوَى عَمْرٌو عَنْ طَاوُوْسٍ وَسَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ وَغَيْرِهِمَا مِنَ الثِّقَاتِ فَهُوَ ثِقَةٌ يَجُوْزُ اْلإِحْتِجَاجُ بِهِ. وَإِذَا رَوَى عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ فَإِنَّ شُعَيْبًا لَمْ يَلْقَ عَبْدَ اللّهِ فَيَكُوْنُ مُنْقَطِعًا. وَإِنْ أَرَادَ مُحَمَّدًا فَهُوَ لاَصُحْبَةَ لَهُ فَيَكُوْنُ مُرْسَلاً.

Artinya ;

Dari Ibnu Hibban Berkata di dalam Ad-Dhu’afa: Apabila Amr meriwayatkan dari Thowus dan Said Bin Al-Musyyab dan selain dari keduanya dari golongan orang-orang kepercayaan, maka ia tsiqoh/dapat dipercaya, boleh dijadikan hujjah dengannya. Dan apabila Ia meriwayatkan ’an abihi ‘an jaddihi maka sesungguhnya Syu’aib tidak pernah bertemu Abdulloh, maka haditsnya menjadi munqothi. Dan jika yang dimaksud { Kakeknya itu } Muhammad, maka ia bukan seorang shohabat, maka kedudukan haditsnya adalah mursal.

Kesimpulan :

Mengenai hadits yang menerangkan tentang takbir 7 kali dan 4 kali atau 7 kali dan 5 kali tersebut ternyata menurut para pakar hadits di atas kedudukan haditsnya adalah :

  1. Munqothi jika jaddihi { Kakeknya } yang dimaksud adalah Abdulloh

Karna Bapaknya Amr yang bernama Syu’aib tidak pernah bertemu dengan

Abdullah. Hal ini dijelaskan didalam :

MI : III : 266 / 267. TT : IV : 350

  1. Mursal jika jaddihi yang dimaksud adalah bernama Muhammad. Muhammad bukan seorang sahabat .
  2. Munqothi ialah riwayat yang hanya sampai kepada tabi’in saja
  3. Mursal ialah satu riwayat yang hanya sampai kepada shohabat.
  4. Kedua riwayat itu tergolong dho’if dan tidak bisa diamalkan.
  5. Adapun Amr Bin Syu’aib, apabila ia meriwayatkan hadits tidak melalui jalur ’an abihi ‘an jaddihi { dari Bapaknya dari Kakeknya } misalnya dari Thowus, Urwah atau dari Said Bin Al-Musayyab, boleh dijadikan hujjah.
  6. Karna Dia meriwayatkannya dari Bapaknya dari Kakeknya, maka haditsnya jadi dho’if.

III. 7 kali dan 5 kali versi lain

1. MA (Musnad Ahmad): II: 180

عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعَهُ مِنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ ص.م. كَبَّرَ فِي عِيْدٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً سَبْعًا فِي الأُوْلَى وَ خَمْسًا فِي الآخِرَةِ وَ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَ لاَ بَعْدَهَا.

Artinya:

Dari Abdillah bin Abdirrohman telah mendengarnya dari Amr bin Syu’aib dari Bapaknya dari Kakeknya, bahwaNabi SAW telah mengucapkan takbir pada sholat Ied 12 kali, takbir 7 pada roka’at pertama dan lima kali pada roka’at yang akhir. Dan tidak sholat sebelumnya dan tidak sesudahnya.

Keterangan :

    1. Susunan sanadnya
  1. Imam Ahmad
  2. Abdulloh bin Abdurrohman
  3. Amr bin Syu’aib
  4. Bapaknya
  5. Kakeknya
    1. Kedudukan Hadits

Kedudukan haditsnya adalah dhoif.

    1. Kedhoifan Hadits

Kedhoifannya terletak pada rowi nomer 2 yaitu Abdolloh Bin Abdurrohman.

 

Kata Imam Ahmad:

Didalam sanad hadits tersebut ada sanad yang bernama Abdulloh bin Abdurrohman, kata imam Ahmad ia rowi dhoif.

2. Sunan Ibnu Majah: I: 407

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ. حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعْدِ بْنِ عَمَّارِ بْنِ سَعْدٍ مُؤَذِّنُ رَسُوْلِ الله ص.م. حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص.م. كَانَ يُكَبِّرُ مِنَ الْعِيْدَيْنِ فِي الأُوْلَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَ فِي الآخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ.

Telah bercerita kepada kami Hisyam bin Ammar. Bercerita kepada kami Abdurrohman bin Sa’ad bin Ammar bin Sa’ad muadzin Rosululloh SAW telah bercerita kepada saya bapak saya dari bapaknya dari kakeknya sesungguhnya Rosululloh SAW mengucapkan takbir pada sholat iedain pada roka’at pertama 7 kali sebelum qiro’ah dan pada roka’at kedua 5 kali sebelum qiro’ah.

Keterangan :

    1. Susunan sanad
  1. Ibnu Majah
  2. Hisyam bin Ammar
  3. Abdurrohman bin Sa’ad bin Ammar bin Sa’ad
  4. Bapakku
  5. Kakekku
    1. Kedudukan Hadits

Hadits itu dhoif.

    1. Kedhoifannya.

Terletak pada rowi Abdurohman bin Sa’ad bin Ammar bin Sa’ad.

Dinyatakan didalam NA: II juz 3: 365:

Ibnu Majah berkata: Abdurrohman bin Sa’ad bin Ammar bin Sa’ad ia rowi dhoif.

    1. Karena dhoif maka hadits tersebut tidak bisa dijadikan hujjah.
  1. Sunnah Kubro { SK } III : 287.

أَحْبَرَنَا أَبُوْالْحَسَنِ بْنِ الْفَضْلِ الْقَطَّانِ. حَدَّثَنَا عَبْدُ الله بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوْبُ بْنُ سُفْيَانَ حَدَّثَنَا حَيَوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ. حَدَّثَنَا بُقِيَّةُ عَنِ الزَّبِيْديِّ عَنْ حَفصِ بْنِ عَمْرٍو بْنِ سَعْدِ بْنِ قُرْظٍ أَنَّ أَبَاهُ وَعَمُوْمَاتِهِ أَخْبَرُوْهُ عَنْ أَبِيْهِمْ سَعْدُ بْنُ قُرْظٍ أَنَّ السُّنَّةَ فِي صَلاَةِ اْلأَضْحَى وَالْفِطْرِ أَنْ يُكَبِّرَ اْلإِمَامُ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ خَمْسَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ.

Artinya :

Bercerita kepada kami Abul Hasan Bin al- Fadhol Al- Qoththon. Bercerita kepada kami Abdulloh Bin Ja’far. Bercerita kepada kami Ya’qub Bin Sufyan. Bercerita kepada kami Hayawah Bin Syuraih. Bercerita kepada kami Buqiyah dari Az-Zabidi dari Hafsh Bin Amer Bin Saad Bin Qurdhzin bahwa Bapaknya dan Bibi-Bibinya telah mengkhobarkan kepadanyadari Bapak mereka Saad Bin Qurdhzin. Sesungguhnya sunnahya pada sholat Adha dan fitri hendaklah Imam itu mengucapkan takbir pada rokaat kedua 5 kali takbir sebelum qiro’ah.

Keterangan :

A. Susunan Sanad.

  1. Imam Baihaqi
  2. Abu Hasan Bin Al- Fadhol Al- Qoththon
  3. Abdulloh Bin Ja’far
  4. Ya’kub Bin Sufyan
  5. Hayawah Bin Syuraih
  6. Buqiyah
  7. Az-Zabidi
  8. Hafsh Bin Amer Bin sa’ad Bin Qurdhzin
  9. Bapaknya yaitu sa’ad Bin Qurdhzin

B. Kedudukan Hadits

Dho’if / Lemah

C. Rowi yang bermasalah.

Kedhoi’ifan hadits ini disebabkan adanya rowi no 6, yaitu Buqiyah. Rowi ini menurut Imam Baihaqi adalah Dho’if

D. tidak bisa di amalkan.

Karena hadits itu dho’if maka tidak bisa diamalkan

3. TA { Tuhfatul Ahwadzi } : III : 80

حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ بْنُ عُمَرَ وَ أَبُو ْعَمْرٍو الْخِذَاءُ الْمَدِيْنِيُّ أَحْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنِ نَافِعِ عَنْ كَتْثِيْرِبْنِ عَبْدِاللّه عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ ص م كَبَّرَ فِى الْعِيْدَيْنِ فِى اْلأُوْلَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَ فِى اْلأَخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ

Artinya:

Bercerita kepada kami Muslim Bin Umar dan Abu Amer Al-Hidza Al- Madini. Bercerita kepada kami Abdulloh Bin Nafi, dari Katsir Bin Abdillah dari Bapaknya dari Kakeknya. Bahwa Nabi Saw telah bertakbir pada sholat ’Idain pada roka’at pertama 7 kali sebelum qiro’ah pada roka’at akhir 5 kali sebelum qiro’ah.

Keterangan :

A. Susunan Sanad.

  1. Tirmidzi
  2. Muslim Bin umar dan Amr Al-Hidza Al-Madini
  3. Abdulloh Bin Nafi
  4. Katsir Bin Abdillah
  5. Bapaknya { Abdillah }
  6. Kakeknya

B. Kedudukan Hadits: Dho’if

 

C. Sebab-sebab Dho’if

Rowi yang No. 4 yaitu Katsir Bin Abdillah,Ia rowi yang menjadi pembicaraan dan sorotan, jadi tidak bisa di amalkan.

4. NA : II : Juz : 3 : Hal : 364 : No : 1287

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الْمُزَنِّيُّ رع أَنَّ النَّبِيَّ ص م:كَبَّرَ فِي الْعِيْدَيْنِ فِي اْلأُوْلَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَفِي الثَّانِيَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ [رَوَاهُ التُّرْمُذِي]

Artinya:

Dari Amr Bin Auf Al- Mujanni ra Sesungguhnya Nabi Saw bertakbir pada sholat I’dain,pada rokaat pertama 7 kali sebelum qiro’ah,dan pada rokaat kedua 5 kali sebelum qiro’ah. { H.R Turmudzi }

Keterangan :

A. Susunan Sanad :

1. Tirmidzi

2. Amr Bin Auf Al- Muzanni

B. Kedudukan Hadits: Sangat Dho’if

 

C. Kata Imam Syafi’i { NA : II : 3 : 364 }

Amr Bin Abdillah bin ‘Auf adalah seorang pendusta. Kata Abu Daud { lihat idem } ia seorang rowi yang menempati rukun-rukun dusta

D. Tidak bisa diamalkan

Karena didalamnya ada rowi yang pendusta maka kedudukan Hadits munkar bahkan juga matruk. Jadi tidak bisa diamalkan.

5. NA : II Juz : 3 : 365

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عٍنْدَ الطَّبْرَانِي فِى الْكَبِيْرِ: أَنَّ رَسُوْلَ الله ص م كاَنَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيْدَيْنِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً فِي اْلأُولَى سَبْعًا وَ فِي اْلأَخِرَةِ خَمْسًا

Artinya :

Dari Ibnu Abbas menurut At- Thobroni didalam Al-Kabir: sesungguhnya Rosululloh S.A.W membaca takbir pada sholat ‘Idain 12 kali takbir pada rokaat pertama 7 kali dan rokaat yang terakhir 5 kali.

Keterangan:

A. Susunan Sanad

1. Thabroni

2. Ibnu Abbas.

B. Kedudukan Hadits : Hadits tersebut dho’if

 

C. Sebab-sebab Dho’if

Disebutkan didalam NA :II / 3 / 365: Didalam sanadnya ada rowi yang bernama Sulaiaman Bin Arqom, dia itu rowi dho’if

D. Tidak bisa dijadikan hujjah

Karena hadits tersebut dho’if maka tidak boleh diamalkan dan tidak boleh berhujjah dengan hadits tersebut.

6. NA: Juz: II: 3: 365

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عِنْدَ الطَّبْرَانِى فِى الْكَبِيْرِ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صم كَانَ يُكَبِّرُ فىالْعِدَيْنِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ تَكْبِيْرَةً فِى اْلأُوْلَى سَبْعًا وَ فِى اْلأَخِرَةِ خَمْسًا.

Artinya:

Dari Ibnu Abbas menurut At-Thobroni di dalam Al-Kabir sesungguhnya Rosulullah saw adalah membaca takbir pada ‘Idain 12 kali takbir pada rokaat pertama 7 kali dan pada rokaat terakhir 5 kali.

Didalam sanad hadits yang tersebut ada yang bernama Sulaiman bin Arqom dia itu dho’if.

7. NA: II: 3:365

عَنِ ابْنِ عُمَرَ عِنْدَ الْبَزّاَرِ وَالدَّارَقُطْنِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م التَّكْبِيْرَ فِي الْعِيْدَيْنِ فِي الرَّكْعَةِ اْلأُوْلَى سَبْعُ تَكْبِيْرَاتٍ وَ فِى اْلأَخِرَةِ خَمْسُ تَكْبِيْرَاتِ.

Artinya:

Dari Ibnu Umar menurut Al-Bazzar dan Ad-Daroquthni telah berkata: Rosulullah saw bersabda: Takbir pada sholat ‘Idain itu di rokaat pertama 7 kali takbir dan pada rokaat terakhir 5 kali takbir.

Kata Bukhpori dan Muslim: Munkarul hadits / hadits munkar.(NA: II: 3: 3650)

8. TH: 91.

عَنْ نَافِعٍ مَوْلَى عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: شََهِدْتُ اْلأَضْحَى وَالْفِطْرَ مَعَ أَبِى هُرَيْرَةَ فَكَبَّرَ فِى الرَّكْعَةِ اْلأُوْلَى سَبْعَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ وَفِى اْلأْخِرَةِ خَمْسَ تَكْبِيْرَاتٍ قَبْلَ الْقِرَاءَةِ قَالَ مَالِكُ وَهُوَ اْلأَمْرُ عِنْدَنَا.

Artinya:

Dari Nafi Maula Abdullah bin Umar. Sesungguhnya ia berkata: Aku pernah menyaksikan ‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri bersama Abu Huroiroh, maka beliau bertakbir pada rokaat pertama 7 kali takbir seblum qiro’ah dan pada rokaat terakhir 5 kali sebelum qiro’ah. Malik berkata: dan ini adalah urusan/pendapat kami.

Hadits ini tidak sampai kepada Nabi, tetapi hanya sampai kepada Abu Huroiroh, maka hadits ini disebut mauquf.

9. AL-UM:I:209.

أَخْبَرَنَا الرّبِيْعُ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ قَالَ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صم وَ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ كَبَّرُوْا فِى الْعِيْدَيْنِ وَاْلإِسْتِسْقَاءِ سَبْعًا وَخَمْسًا وَصَلُّوْا قَبْلَ الْخُطْبَةِ وَ جَهَدُوا بِاالْقِرَاءَةِ.

Arinya:

Telah menceritakan kepada kami Ar-Robi, telah menceritakan kepada kami As-Syafi’i, ia bekata, Telah menceritakan kepada kami Ibrohim, ia berkata: telah bercerita kepadaku Ja’far Bin Muhammad. Sesungguhnyan Nabi saw, Abu Bakar dan Umar mereka membaca takbir pada sholat ‘Idain dan sholat Istisqo 7 kali dan 5 kali, dan mereka sholat sebelum khutbah dan mereka juga menjaharkan qiro’ah.

أَخْبَرَنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيْمُ عَن ْجَعْفَرٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَلِيِّ رع أَنَّهُ كَبَّرَ فِى الْعِيْدَيْنِ وَاْلإِسْتِسْقَاءِ سَبْعًا وَ خَمْسًا وَجَهَرَ بِالْقِرَاءَةِ.

Artinya:

Telah bercerita kepada kami Ar-Robi ia berkata, bercerita kepada kami As-Syafei, bercerita kepada kami Ibrohim dari Ja’far ra. Sesungguhnya ia takbir pada sholat ‘Idain dan sholat Istisqo 7 kali dan 5 kali dan ia menjaharkan bacaan/qiro’ah.

أَخْبَرْنَا الرَّبِيْعُ قَالَ أَخْبَرْنَا الشَّافِعِيُّ قَالَ أَخْبَرْنَا إِبْرَاهِيْمُ قَالَ حَدَّثَنِي إسْحَاقُ بْنُ عَبْدِ اللهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ أَبَا أَيُّوْبَ وَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ أَمَرَا مَرْوَانَ أَنْ يُكَبِّرَ فِى صَلاَةِ الْعِيْدِ سَبْعًا وَ خَمْسًا.

Artinya:

Telah bercerita kepada kami Ar-Robi, ia berkata, telah bercerita kepada kami As-Syafi’i, ia berkata, telah bercerita kepada kami Ibrohim, ia berkata, telah bercerita kepada saya Ishaq bin Abdullah dari Utsman bin Urwah dari Bapaknya, sesungguhnya Abu Ayyub dan Zaid bin Tsabit, keduanya menyuruh Marwan agar ia membaca takbir pada sholat ‘Id 7 kali dan 5 kali.

Keterangan.

A. Tiga buah hadits di atas terdapat dalam Al-Um : I: 209.

B. Kedudukan haduts tersebut adalah:

– Mu’dhol: satu hadits yang di tengah sanadnya gugur dua orang rowi atau lebih

dengan berturut-turut

– Munqothi: satu hadits yang ditengah sanadnya gugur seorang rowi atau lebih

tetapi tidak berturut-turut.

– Mauquf: Ucapan, perbuatan atau taqriri yang disandarkan kepada seorang

shohabat Nabi saw.

C. Jadi semuanya itu termasuk golongan hadits-hadits dho’if

Kesimpulan :

Hadits-hadits yang bercerita tentang takbir 7 kali dan 5 kali pada sholat ‘Idain .

Tidak ada satupun hadits shohih yang bersumber dari Nabi saw.

Riwayat takbir zawaid (empat kali dan tiga kali )

1. SAD: I:270:1152.

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَانِ بْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ مَكْحُوْلٍ قَالَ: أَخْبَرْنِى أَبُوْ عَائِشَةَ جَالِسٌ ِلأَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ سَعِيْدَ بْنَ الْعَاصِ سَأَلَ أَبَا مُوْسَى اْلأَشْعَرِى وَحُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ كَيْفَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صم يُكَبِّرَ فِى اْلأَضْحَى وَالْفِطْرِ؟ فَقَالَ أَبُوْمُوْسَى: كَانَ يُكَبِّرَ أَرْبَعًا تَكْبِيْرَهُ عَلَى الْجَنَائِزِ. فَقَالَ خُذَيْفَةُ: صَدَقَ فَقَالَ أَبُوْ مُوْسَى: كَذَلِكَ كُنْتُ أُكَبِّرُ فِى الْبَصْرَةِ حَيْثُ كُنْتُ عَلَيْهِمْ. قَالَ أَبُوْ عَائِشَةَ : وَأَنَا حَاضِرٌ سَعِيْدَ بْنَ الْعَاصِ.

Artinya:

Dari Abdur-Rohman bin Tsauban dari Bapaknya dari Makhul ia berkata: Telah bercerita abu ‘Aisyah yang duduk bersama Abu Huroiroh, sesungguhnya Said bin Al-Ash telah bertanya kepada Abu Musa Al-Asyari dan Hudzaifah bin Al-Yaman bagaimana Rosululloh saw bertakbir pada ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri? Abu Musa menjawab: Adalah Beliau bertakbir 4 kali seperti takbir sholat Jenazah. Kemudian Hudzaifah berkata: Benar. Abu Musa berkata: Begitulah Aku bertakbir di Bashroh dimana Aku berada bersama mereka.Abu ‘Aisyah berkata: Dan saya hadir bersama said bin Al-Ash.

Keterangan:

  1. Didalam hadits tersebut ada rowi yang bernama Abdur-Rohman bin Tsauban, kata Ibnu

Ma’in dia itu dho’if. Kata Ahmad Dia itu tidak kuat dan haditsnya munkar(AM:IV:9)

  1. Ada rowi yang benama Abu ‘Aisyah, kata Ibnu Hazem: Dia itu majhul. Kata Ibnu Qothon dia itu tidak dikenal.
  2. Berkata Baihaqi: Abdu-Rohman bin Tsauban telah di dho’ifkan oleh Yahya bin Ma’in ( Am: IV: 10 )

2. Al-Muhalla: V: 82: ( Abu Muhammad Ali Ibnu Hazem )

وَمِنْ طَرِيْقِ شُعْبَةَ عَنْ خَالِدٍ الْخِدَاءِ وَقَاتَدَةَ كِلاَ هُمَا عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْحَارِثِ وَهُوَ ابْنُ نَوْفَلَ قَالَ: كَبَّرَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَوْمَ الْعِيْدِ فِى الرَّكْعَةِ اْلأُوْلَى أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ ثُمَّ قَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ ثُمَّ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ كَبَّرَ ثَلاَثَ تَكْبِيْرَاتٍ سِوَى تَكْبِيْرَةِ الصَّلاَةِ.

Artinya:

Dan dari jalan Syu’bah dari Kholid Al-Khidza dan Qotadah kedua-duanya dari Abdulloh bin Al-Harits yaitu Ibnu Naufal. Ia berkata: Ibnu Abbas pada sholat Id telah bertakbir pada rokaat pertama 4 kali takbir. Kemudian qiro’ah kemudian ruku kemudian berdiri lalu qiro’ah kemudian takbir 3 kali takbir selain takbir sholat.

3. Al-Muhalla: V: 83.

وَرُوَيْنَا مِنْ طَرِيْقِ مَعْمَرٍ عَنْ أَبِى إِسْحَاقَ السَّبِيْعِى عَنِ الأَسْوَدِ بْنِ يَزِيْدَ قَالَ: كَانَ ابْنُ مَسْعُوْدٍِ جَالِسًا وَ عِنْدَهُ حُذَيْفَةُ وَ أَبُوْ مُوْسَى الأَشْعَرِيِّ فَسَأَلَهُمْ سَعِيْدُ بْنُ الْعَاصِ عَنِ التَّكْبِيرِ فِي الصَّلاَةِ يَوْمَ الْفِطْرِ وَ الأَضْحَى ؟ فَقَالَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ: يُكَبِّرُ أَرْبَعًا ثُمَّ يَقْرَأُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ فَيَرْكَعُ ثُمَّ يَقُوْمُ فِي الثَّانِيَةِ فَيَقْرَأُ ثُمَّ يُكَبِّرُ أَرْبَعًا بَعْدَ الْقِرَاءَةِ.

Artinya:

Dan telah meriwayatkan kepada kami dari jalan Ma’mar dari Abu Ishaq As-Sabi’I dari Aswad bin Yazid telah berkata: Adalah Ibnu Mas’ud sedang duduk dan disampingnya ada Hudzaifah dan Abu Musa Al-Asy’ary, maka Sa’id bin Al-Ash bertanya kepada mereka tentang takbir pada sholat hari idul fitri dan idul adha? Maka Ibnu Mas’ud menjawab: Beliau bertakbir 4 kali kemudian qiro’ah, kemudian Beliau bertakbir lalu ruku’, kemudian berdiri pada roka’at kedua lalu qiro’ah kemudian bertakbir 4 kali setelah qiroah.

4. Al-Muhalla: V: 84:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: التَّكْبِيْرُ عَنْ يَوْمِ الْعِيْدِ فِي الرَّكْعَةِ الأُوْلَى أَرْبَعًا وَ فِي الآخِرَةِ ثَلاَثًا وَ التَّكْبِيْرُ سَبْعٌ سِوَى تَكْبِيْرِ الصّلاّةِ.

Artinya:

Dari Jabir bin Abdulloh telah berkata: Takbir pada hari raya pada rokaat pertama 4 kali dan pada rokaat terakhir 3 kali. Jadi takbir itu 7 kali takbir selain takbir sholat.

قَالَ أَبُوْ مُحَمَّدٍ: وَ فِي هَذَا آثَارٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص.م لاَ يَصِحُّ شَيْءٌ مِنْهَا.

Artinya:

Berkata Abu Muhammad: Dan pada atsar ini dari Rosululloh saw tidak ada shohih satupun dari atsar tersebut. ( Al-Muhalla: V: 84 ).

Semua riwayat diatas tidak ada yang marfu/disandarkan kepada Nabi saw, tambahan menurut Abu Muhammad Ali Ibanu Hazem, menyebutkan bahwa riwayat tidak ada satupun yang shohih.

Kesimpulan mengenai takbir zawaid

(7 kali dan 5 kali atau 4 dan 3 kali dst)

sebagai berikut

A. Al-Muhalla: V: 85 (Abu Muhammad Ali Ibnu Hazem ).

وَ هَاذَا كُلُّهُ لاَ يَصِحُّ وَمَعَاذَ اللهِ أَنْ نَحْتَجَّ بِمَا لاَ يَصِحُّ كَمَنْ يَحْتَجُّ بِابْنِ لَهِيْعَةَ وَعَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ إِذَا وَفَقَاهُ هَوَاهُ كَفِعْلِهِ فِى زَكَاةِ اْلإِ بِلِ وَغَيْرِ ذَلِكَ وَيَرُدُّ رِوَايَتَهُمَا إِذَا خَالَفَا هَوَاهُ. هَاذَا فِعْلُ مَنْ لاَ دِيْنَ لَهُ وَلاَ يُبَالِى بِأَنْ يَضِلَّ فِى دِيْنِ اللهِ تَعَالَى وَيُضِلُّ.

Dan ini seluruhnya tidak shohih. A’uudzu billah kita tidak akan berhujjah ( hadits ) yang tidak shohih seperti orang yang berhujjah dengan riwyat Ibnu Lahi’ah dan Amr bin Syueb bila mana keduanya sesuai dengan hawa nafsunya seperti perbuatannya didalam zakat unta dan lain sebagainya. Dan menolak keduanya apabila riwyatnya bertentangan dengan kemauan keduanya. Ini adalah perbuata orang yang tidak ada Dien-nya,dan yang tidak perduli terhadap dirinya sesat didalam Dienullah dan menyesatkan orang.

Abu Muhammad Ali Ibnu Hazem mencela dan mengecam semua perawi yang berhubungan dengan takbir Zawaid. Dengan menyatakan bahwa semua hadits tentang takbir Zawaid adalah dho’if.

B. SS ( Subulus salam ): II: 68.

قُلْتُ وَرَوَى الْعُقَيْلِى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ أَنَّهُ قَالَ: لَيْسَ يُرْوَى فِى التَّكْبِيْرِ فِى الْعِيْدَيْنِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ.

Artinya:

Aku (………) berkata: dan telah meriwayatkan Al-‘Uqaily dari Ahmad bin Hambal. Sesungguhnya ia berkata: Tidak ada riwayat pada takbir dalam sholat ‘Idain satupun hadits yang shohih.

C. SK: III: 287.

وَفِى التَحْقِيْقِيّ لاِبْنِ الْجَوْزِى قَالَ ابْنُ حَنْبَلٍ لَيْسَ يُرْوَى عَنِ النَّبِيِّ صم فِى التَّكْبِيْرِ فِى الْعِدَيْنِ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ.

Artinya:

Dan dalam pentahqiqan bagi Ibnu Jauzy, telah berkata Ibnu Hambal: Tidak ada riwayat dari Nabi saw takbir pada sholat ‘Idain satupun hadits shohih.

A. Mengenai takbir Zawaid 7 dan 5 atau lainnya tidak dimuat dalam hadits

shohih Muslim.

Hadits-hadits takbir Zawaid ini terdapat pada kitab-kitab ٍSunan .

B. Oleh karena semuanya menyatakan dho’if ( takbir zawaid ) maka kita

kembalikan ada dalil Umum yang menyatakan bahwa takbir untuk sholat itu

hanya sekali saja.

Misalnya:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص م. إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ. (رَوَاهُ السَّبْعَةُ)

Dari Abu Huroiroh telah berkata: Rosululloh SAW berkata: Apabila kamu hendak mendirikan sholat maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah ke qiblat lalu ucapkanlah Allohu Akbar. (HR. Imam Tujuh)

عَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ ص م. كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ اِعْتَدّلّ قَائِمًا وَ رَفَعَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ. (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه)

Dari Abu Humaid, sesungguhnya Nabi SAW adalah apabila hendak berdiri untuk sholat, beliau berdiri dengan tegak, lalu mengangkat kedua tangannya kemudian mengucapkan Allohu Akbar. (HR. Ibnu Majah).

Wallohu a’lam bish showab.

 

Artikel Lainnya

Oleh : pmip

LAILATUL QODAR

Oleh : pmip

Sholat Syukur Wudhu

Oleh : pmip

Santri VS Alumni

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

Tidak ada komentar untuk ditampilkan.

Info Sekolah

Pesantren Missi Islam Pusat Jakarta

NPSN 510031720021
Jln. Alur Laut Gg. Waru 1 RT.005 RW.03 Kp. Walang Kel. Rawabadak Selatan Kec. Koja, Jakarta Utara
TELEPON 021 4354582
EMAIL missiislampusat@gmail.com
WHATSAPP 6285883828202

TABUNGAN AKHIRAT

Bagi siapa saja kaum muslimin dan muslimat yang hendak menyalurkan infaq/ shodaqohnya untuk keperluan operasional harian pesantren termasuk makan para santri, bisa transfer ke :

No Rekening : ( 451 ) 700 995 912 7

Bank : BSI

A/N : Yayasan Missi Islam Kaaffah

Konfirmasi : 0858 8382 8202

semoga infaq/ shodaqoh para muhsinin menjadi amal ibadah dan pemberat timbangan di akhirat Amin...