Orang Safar Boleh Memilih Antara Shaum Dan Berbuka
Bagi orang yang safar yang sudah cukup batas tempuhnya atau lebih, boleh memilih antara berbuka dan shaum. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
1. SM: I: 500: 103
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَاأَ نَّهَا قَالَتْ: سَأَلَ حَمْزَةُ بْنُ عَمْرٍو اْلأَسْلَمِيُّ رَسُوْلَ الله ُ عَنِ الصِّيَامِ فِى السَّفَرِ فَقَالَ: إِنْ شِئتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئتَ فَأَفْطِرْ.
Dari Aisyah ra sesungguhnya ia berkata: Hamzah bin Amer Al-Aslamy pernah bertanya kepada Rasulullah tentang shaum didalam safar, maka beliau menjawab: Jika kamu mau maka shaum dan jika kamu mau maka berbukalah.
2. SM: I: 500: 104
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَاأَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو اْلأَسْلَمِيَّ سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ إِنِّى رَجُلٌ أَسْرُدُ الصَّوْمَ. أَفَأَ صَوْمَ فِى السَّفَرِ ؟ قَالَ: صُمْ إِنْ شِئتَ وَأَفْطِرْ إِنْ شِئتَ.
Dari Aisyah ra, bahwa Hamzah bin Amer Al-Aslamy pernah bertanya kepada Rasulullah, lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah laki-laki yang tidak terputus pada shaum, apakah aku harus shaum didalam safar ? Beliau menjawab: Shaumlah kalau mau dan berbukalah kalau kamu mau.
3. SM: I: 501: 107
عَنْ حَمْزَةَ بْنِ عَمْرٍو اْلأَسْلَمِيِّ أَنَّهُ قَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ أَجِدُ بِى قُوَّةً عَلَى الصِّيَامِ فِى السَّفَرِ.
فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحُ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ هِيَ رُخْصَةٌ مِنَ الله ِ فَمَنْ أَخَذَ بِهَا فَحَسَنٌ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصُوْمَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ.
Dari Hamzah bin Amer Al-Aslamyra, bahwa ia bertanya (kepada Rasulullah): Ya Rasulullah aku dapati kekuatan untuk shaum didalam safar, bolehkah saya (shaum)? Maka Rasulullah menjawab: Itu adalah kemurahan dari Allah, maka siapa saja yang mengambil kemurahan itu adalah baik dan siapa saja yang lebih suka shaum itu juga tidak apa-apa atasnya.
4. SM: I: 501: 108
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ رَضِيَ الله ُعَنْهَا قَالَتْ: قَالَ أَبُوْ الدَّرْدَاءِ:لَقَدْ رَأَ يْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ فِى بَعْضِ أَسْفَارِهِ فِى يَوْمِ شَدِيْدِ الْحَرِّ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ يَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا مِنَّا أَحَدُ صَائِمٍ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ.
Dari Ummu Darda ra telah berkata: Abu Darda berkata: Sungguh-sungguhkami melihat bersama Rasulullah pada sebagian safarnya pada hari yang sangat panas sampai seorang meletakkan tangannya diatas kepalanya saking sangat panasnya, dan diantara kita tidak ada yang shaum kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah.
5. SB: I: 2: 240
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ. عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيِّ فِى بَعْضِ أَسْفَارِهِ فِى يَوْمٍ حَرٍّ حَتَّى يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِيْنَا صَائِمٌ إِلاَّ مَاكَانَ مِنَ النَّبِيِّ وَابْنِ رَوَاحَةَ.
Dari Ummu Darda, dari Abu Darda ra telah berkata: Kami bersama Nabi pernah pergi pada sebagian safarnya pada hari yang panas, hingga seseorang meletakkan tangannya diatas kepalanya saking sangatnya panas, dan tidak ada diantara kita yang shaum kecuali Nabi dan Ibnu Rowahah.
6. SAD: I: 556: 2409
عَنْ أَبِى الدَّرِدَاءِ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ فِى بَعْضِ غَزْوَاتِهِ فِى حَرٍّ شَدِيْدٍ حَتَّى إِنَّ أَحَدَنَا لَيَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ أَوْ طَفَّهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ مَافِيْنَا صَائِمٌ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ.
Dari Abu Darda telah berkata: Kami keluar bersama Rasulullah didalam sebagian perangnya pada panas yang sangat sampai seorang diantara kami meletakkan tangannya diatas kepalanya atau telapak tangannya diatas kepalanya saking panasnya, diantara kami tidak ada yang shaum kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah.
7. SM: I: 501: 108
عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ فِى حَرٍّ شَدِيْدٍ حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِيْنَا صَئِمٌ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ.
Dari Abu Darda ra telah berkata: Kami pernah keluar bersama Rasulullah pada bulan Ramadhan pada panas yang sangat, sampai ada diantara kami meletakkan tangannya diatas kepalanya, saking sangat panasnya, dan diantara kami tidak ada yang kuat shaum kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah.
Keterangan
Hadits-hadits diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa:
1. Jika dalam safar itu shaum dianggap kuat shaumlah
2. Jika dalam keadaan lemah, mengambil rukhshoh itu juga baik
3. Hanya saja bagi yang safar, niatkan shaum dari rumah, kemudian setelah tidak mampu boleh mengambil rukhshah.
Tinggalkan Komentar