Mengenai sholat gerhana
matahari dan gerhana bulan
Hadits-hadits yang menerangkan tentang adanya syariat tentang sholat gerhana:
1.SB: I: 184
عَنْ أَبِى بَكْرَةَ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَانْكَسَفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلْنَا فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ حَتَّى انْجَلَتِ الشَمْسُ فَقَالَ صلى الله عليه وسلّم: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا وَادْعُوْا حَتَّى يَكْشِفَ مَابِكُمْ.
Dari Abu Bakroh telah berkata; Ada kami disisi Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam maka telah terjadi gerhana matahari kemudian Nabi saw berdiri sambil menghela jubahnya sampai masuk Masjid, kami pun masuk Masjid, lalu beliau sholat dua rokaat bersama kami, sampai matahari terang kembali. Kemudian Rosulullah saw berdabda: Sesungguhnya terjadinya gerhana matahari dan bulan tidak ada hubungan karena matinya seseorang, maka apabila kamu melihat keduanya sholatlah dan berdoalah sampai terang lagi.
2. SB: I: 184
عَنْ قَيْسِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَامَسْعُوْدِ يَقُوْلُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنَّهُمَا أَيَتَانِ مِنْ أَيَاتِ اللهِ فَإِذَا لرَأَيْتُمُوْ هَا فَقُوْمُوْا فَصَلُّوْا.
Dari Qois telah berkata: Aku mendengar Abu Mas’ud berkata: Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana keduanya disebabkan karena matinya seseorang diantara manusia, tetapi keduanya adalah sebagai tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, maka apabila kamu melihatnya maka berdirilah lalu sholatlah.
3. SB: I: 184
عَنْ ابْنِ عًمَرَ أَنَّهُ كَانَ يُخْبِرُ عَنِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْ هَا فَصّلُّوْا.
Dari Ibnu Umar sesunguhnya ia menceritakan dari Nabi shollollohu `alaihi wasallam: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana keduanya karena matinya seseorang dan tidak ada kaitannya karena hidup (lahirnya) seseorang tetapi keduanya adalah sebagai bukti kekuasaan Allah maka apabila kamu melihatnya sholatlah.
4. SB: I: 184
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَهِيْمُ فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيْمَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللهَ.
Dari Al-Mughiroh bin Syubah telah berkata: Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam pada wafatnya Ibrohim. Maka orang-orang berkata: Telah terjadi gerhana matahari karena wafatnya Ibrohim. Maka Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana keduanya karena kematian seseorang dan tidak karena kelahiran seseorang, tetapi apabila kamu melihat maka sholatlah dan berdoalah kepada Allah.
5. SM: I: 403: 28
عَنْ عبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ أَ نَّهُ كَانَ يَخْبِرُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَةٌ مِنْ آيَاتِ اللهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُمَا فَصّلُّوْا.
Dari Abdullah bin Umar.Sesungguhnya ia mengkhobarkan dari Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana keduanya karena adanya kematian atau kelahiran seseorang, tetapi keduanya sebagai tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat kejadian tersebut sholatlah kamu.
6. SM: I: 403: 29
عَنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ شُعْبَةَ يَقُوْلُ: إِنْكَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ مَاتَ إِبْرَهِيْمُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللهَ وَصَلُّوْا حَتَّى تَنْكَسِفَ.
Dari Al-Mughiroh bin Syubah ia berkata: Telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam pada hari meninggalnya Ibrohim. Maka Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan ada dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Tidak akan terjadi gerhana keduanya di karenakan adanya kematian seseorang dan tidak juga ada kaitannya dengan kelahiran. Maka apabila kamu melihat keduanya berdoalah kamu kepada Allah, kemudian sholatlah sampai terang kembali.
7. SM: I: 402: 21
عَنْ أَبِى مَسْعُوْدِ اْلأَنْصَارِيَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ يُتنخَوِّ فُ اللهُ عِبَادَهُ وَإِنَّهُمَا لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوْا وَادْعُوْا اللهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَابِكُمْ.
Dari Abi Mas’ud Al-Anshory telah berkata: Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan dua tanda dari sebagian tanda-tanda kebesaran Allah. Allah memberikan dengan keduanya rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Dan sesunguhnya keduanya tidak akan terjadi gerhana karena kematian seseorang dari banyak orang. Maka apabila kamu melihat suatu maka sholatlah dan berdoalah kepada Allah sampai terang kembali kepadamu.
8. SM: I: 402: 22
عَنْ أَبِى مَسْعُوْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيْسَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنَّهُمَأ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَقُوْمُوْا فَصَلُّوْا.
Dari Abi Mas’ud: Sesunggunya Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan bukanlah keduanya terjadi gerhana di karenakan kematian seseorang dari banyak orang, tetapi keduanya sebagai bukti dari beberapa bukti kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihatnya berdirilah lalu sholatlah.
Keterangan
- Terjadinya gerhana matahari atau bulan tidak boleh di hubungkan dengan kematian atau kelahiran seseorang atau runtuhnya kepemimpinan seseorang atau bangkitnya. Karena itu akan menimbulkan kemusyrikan dan melemahkan iman seseorang.
- Gerhana matahari atau bulan itu hanya sebagai tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah semata.
Kayfiat dan bilangan rokaat sholat gerhana.
Hadits-hadits yang menjelaskan tentang sholat ini ialah:
1. SB: I: 184
عَنْ عَائِشَةَ أَ نَّهَا قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ م صلى الله عليه وسلم فصّلَّى رَسُولُ اللهِ صم بِالنّاَسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوْعَ ثُمَّ قَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ وَهُوَ دُوْنَ الْقِيَامِ اْلأَوَّلٍ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوْعَ وَهُوَ دُوْنَ الرُّكُوْعِ اْلأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُوْدَ ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مَا فَعَلَ فِى اْلأُوْلَى ثُمَّ انْصَرَفَ وَقَدِ انْجَلَتِ الشَّمْسُ…..الحديث.
Dari Aisyah sesungguhnya ia berkata: Pada zaman Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam terjadi gerhana. Maka Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam sholat bersama orang banyak, kemudian beliau berdiri lama berdirinya, lalu ruku dan lama rukunya, kemudian beliau berdiri lagi dan lama berdirinya, tetapi tidak selama yang pertama. Sesudah itu beliau ruku lagi dan lama rukunya, tetapi tidak selama yang pertama. Kemudian beliau sujud, dan lama sujudnya, kemudian beliau melakukan pada rokaat kedua seperti beliau melakukan pada rokaat yang pertama. Kemudian selesai dan sungguh-sungguh telah terang kembali matahari.
2. SB: I: 185
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حضيَاةِ النَبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النّاَسُ وَرَاءَهُ فَكَبَّرَ فَاقَرَأَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قِرَاءَةً طَوِيْلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً هِيَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ اْلأُوْلَى ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوْعًاطَوِيْلاً وَهُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوْعِ اْلأَوَّلِ ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَاوَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ قَالَ فِى الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةٍ مِثْلَ ذَالِكَ فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى أَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانجَلْتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قَامَ…..الحديث
Dari Aisyah isteri Nabi shollollohu `alaihi wasallam telah berkata: Pada zaman Nabi shollollohu `alaihi wasallam telah terjadi gerhana matahari, maka beliau pergi ke Masjid, orang-orang berbaris dibelakangnya kemudian beliau takbir, lalu Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam membaca suroh dengan bacaan yang panjang, kemudian takbir lalu ruku dengan ruku yang panjang/lama. Kemudian beliau mengucapkan: Sami Allahu liman hamidah. Kemudian beliau berdiri dan tidak (langsung) sujud. Dan membaca (ayat) dengan bacaan yang panjang tetapi lebih rendah dari bacaan yang pertama.Kemudian beliau takbir lalu ruku dengan ruku yang lama, tapi lebih rendah dari ruku yang pertama, kemudian beliau mengucapkan: Samia Allahu liman hamidah Robbana wa lakal hamdu, kemudian beliau sujud, kemudian beliau bersabda: Untuk melakukan rokaat yang terakhir sama seperti (rokaat pertama). Maka sempurnalah 4 kali ruku pada 4 kali sujud. Dan teranglah matahari sebelum beliau selesai. Kemudian beliau berdiri (untuk khutbah).. Al-Hadits.
3. SB: I: 185
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم صّلَّى يَوْمَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فَقَامَ فَكَبَّرَ فَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ وَقَامَ كَمَا هُوَ ثُمَّ قَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً وَهْىَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ اْلأُوْلَى ثُمَّ رَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَهْيَ أَدْنَى مِنَ الرَّكْعَةِ اْلأُوْلَى ثُمَّ سَجَدَ سُجُوْدًا طَوِيْلاً ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ اْلأَخِرَةِ مِثْلَ ذَالِكَ ثُمَّ سَلَّمَ وَقَدْ تَجَلَّتِ الشَّمْسُ….الحديث
Dari Aisyah isteri Nabi shollollohu `alaihi wasallam: Sesungguhnya Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam sholat pada hari terjadinya gerhana matahari, maka beliau berdiri kemudian takbir, lalu membaca (ayat) dengan bacaan yang panjang. Kemudian beliau ruku dengan ruku yang lama, kemudian mengangkat kepalanya, sambil mengucapkan: Sami Allahu liman hamidah, lalu beliau berdiri sebagaimana itu. Kemudian membaca (ayat) lagi dengan bacaan yang lama/panjang, tetapi lebih pendek dari bacaan yang pertama. Kemudian beliau ruku (lagi) dengan ruku yang lama, tapi tidak selama dari rokaat pertama. Kemudian beliau sujud dengan sujud yang lama. Kemudian beliau lakukan untuk rokaat yang terakhir seperti rokaat pertama. Kemudian beliau salam, dan sungguh-sungguh matahari sudah terang
4. SB: I: 188
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا قَالَتْ: كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَامَ النَّبْيُّ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَأَطَالَ الْقِرَاءَةِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوْعَ ثُمَّ رَفَعَ رَأَسَهُ فَأَطَالَ القِرَاءَةَ وَهْيَ دُوْنَ قِرَاءتِهِ اْلأُوْلَى ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوْعَ دُوْنَ رُكُوْعِهِ اْلأَوَّلِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَسَجَدَ سَجْدَيْنِ ثُمًّ قَامَ فَصَنَعَ فِى الرَّكْعَةٍالشَّانِيَةِ مِثْلَ ذ‘لِكَ ثُمَّ قَامَ فَقَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ يُرِيْهِمَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَالِكَ فَافْزَعُوْا إِلَى الصَّلاَةِ
Dari Aisyah ra telah bersabda: Telah terajdi gerhana matahari pada zaman Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam maka Nabi saw mengadakan sholat bersama orang-orang, maka beliau lama bacaan (ayatnya) kemudian beliau ruku, lalu panjang/lama rukunya, kemudian beliau mengangkat kepalanya, lalu beliau panjangkan bacaannya, tapi bukan bacaannya yang pertama, kemudian beliau ruku, lama rukunya tetapi bukan rukunya yang pertama. Kemudian beliau mengangkat kepalanya lalu sujud dua kali sujud. Kemudian beliau berdiri lalu melakukan pada rokaat kedua seperti itu. Kemudian beliau berdiri, lalu bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan terjadi gerhana karena matinya seseorang dan lahirnya seseorang, tetapi keduanya merupakan tanda–tanda dari sebagian tanda-tanda kebesaran Allah, yang diperlihatkan kepada para hamba-Nya. Maka apabila kamu melihat kejadian itu berusahalah untuk sholat.
Keterangan
Hadits–hadits riwayat Imam Bukhori ini menjelaskan, kepada kita bahwa sholat gerhana matahari/bulan dilakukan dua rokaat dengan 4 kali ruku dan 4 kali sujud
5. SM: I: 396: 3
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ: خَشَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى المَسْجِدِ. فَقَامَ وَكَبَّرَ وَ صَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قِرَاءَةً طَوِيْلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً هِيَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ اْلأُوْلَى. ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوْعٍ اْلأَوَّلِ. ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حًَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ فَعَلَ فِى الرَّكْعَةِ اْلأُخْرَى مِثْلَ ذَالِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانَجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ. ثُمَّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ . ثُمَّ قَالَ: إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُو هَا فَافْزَعُوْ ا لِلصّّلاَةِ وَقَالَ أَيْضًا: فَصَلُّوْا حَتَّى يُفَرِّجَ اللهُ عَنْكُمْ. وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم رَأَيْتُ فِى مَقَامِيْ هَاذَا كُلُّ شَيْئٍ وُعِدْ تُّمْ حَتَّ لَقَدْ رَأَيْتُمُوْنِي أُرِيْدُ أَنْ آخُذَ قِطَفًا مِنَ الْجَنَّةَ حِيْنَ رَأَيْتُمُوْنِي جَعَلْتُ أُقَدِّمُ. وَلَقَدْ رَأَيْتُ جَهَنَّمَ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضَا حِيْنَ رَأَيْتُمُوْنِى تَأَخَّرْتُ وَرَأَيْتُ فِيْمَا ابْنَ لُحَيٍّ وَهُوَ الَّذِى سَيَّبَ السَّوَائِبِ.
Dari Aisyah Isteri Nabi shollollohu `alaihi wasallam telah berkata: Terjadi gerhana matahari pada masa hidup Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam, lalu beliau pergi ke Masjid. Kemudian beliau berdiri dan takbir (memulai sholat gerhana) dan orang-orang berbaris dibelakangnya. Beliau/Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam membaca suroh dengan bacaan yang panjang. Kemudian takbir lalu ruku dengan ruku yang panjang. Kemudian beliau mengangkat kepalanya (I’tidal) maka beliau membaca: Samia allahu liman hamidah Robbana walakal hamdu. Kemudian beliau berdiri lalu membaca suroh dengan bacaan yang panjang, tetapi tidak sepanjang bacaan pertama. Kemudian beliau takbir lalu ruku dengan ruku yang panjang, tetapi tidak sepanjang ruku yang pertama. Kemudian beliau mengucapkan: Samia Allahu liman hamidah Robbana walakal hamdu. Kemudian beliau sujud, kemudian beliau lakukan pada rokaat lain seperti itu. Sampai sempurna 4 kali ruku dan 4 kali sujud dan matahari pun terang sebelum beliau selesai sholat. Kemudian beliau berdiri dan berkhut bah di hadapan orang banyak, mula-mula belaiu memuji Allah menurut mestinya, sesudah itu beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua bukti di antara sekian banyak tentang kebesaran Allah, keduanya tidak akan menyebabkan gerhana karena kematian seseorang dan tidak karena kehidupan seseorang, karena itu apabila kamu melihatnya, maka segeralah pergi sholat, dan beliau bersabda: Maka sholatlah sehingga Allah memberikan kelapangan kembali kepadamu. Dan Rosulullah shollollohu `alaihi wasallam bersabda lagi: Aku telah melihat ditempatku ini segala sesuatu yang dijanjikan-Nya kepadamu (mengenai surga dan neraka) sehingga sungguh–sungguh aku bermaksud hendak memetik buah-buahan surga. Ketika kamu melihat aku menjangkaukan tangan kedepan, aku juga melihat neraka jahanam. Dimana satu sama lain saling memusnahkan, yaitu ketika dineraka itu Ibnu Luhay, yaitu orang yang pertama sekali mengadakan qurban untuk berhala.
Keterangan
- Sholat gerhana adalah dua rokaat, tetapi memakai 4 kali ruku dan 4 kali sujud.
- Caranya: Pertama: Takbir. Kedua: Membaca Iftitah. Ketiga Membaca Fatihah. Keempat: Membaca suroh yang panjang. Kelima Ruku. Keenam: I’tidal. Ketujuh: Membaca fatihah lagi dalam keadaan tegak berdiri. Kedelapan: Membaca suroh yang panjang tetapi tidak sepanjang yang pertama. Kesembilan: Ruku. Kesepuluh: I’tidal. Kesebelas: sujud. Kemudian bangun berdiri, dan ini baru satu rokaat.
- Rokaat keduanya lakukan seperti itu.
0 Komentar