Fasal 5 Kedudukan hadits Aqiqoh hari ke 7, hari ke 14 hari ke 21
Hadits yang menjelaskan Aqiqoh pada hari ke 7 atau hari ke 14 atau hari ke 21, terdapat didalam Sunan Baihaqi Jilid 9 hal : 303
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اْلعَقِيْقَةُ تُذْبَحُ لِسَبْعٍ وَلِأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَلِإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ
Dari Abdulloh bin Buraidah dari bapakku dari Nabi SAW telah berkata : Aqiqoh itu disembelih kambingnya pada hari ketujuh, hari ke empat belas dan hari kedua puluh satu.
Keterangan :
1. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Baihaqi didalam kitabnya jilid 9 hal.303
2. Kedudukan hadits adalah dho`if
3. Kedho`ifannya sebagai mana dijelaskan dalam kitab yang sama (Baihaqi jilid 9/303) dinyatakan :
وَفِى سَنَدِهِ إِسْمَاعِيْلُ بْنِ مُسْلِمٍ قَدْ ضَعَّفَهُ أَحْمَدَ وَأَبُوْ زُرْعَةَ وَالنَّسَائِى وَغَيْرُهُمْ
Didalam sanad hadits itu ada rowi yang bernama Ismail bin Muslim, sungguh-sungguh Imam Ahmad, Abu Juriah, Nasa`i dan yang lainnya telah mendo`ifkan dia.
4. Didalam kitab Fathur Robbani jilid 13 halaman 129 dinyatakan :
وَفِيْهِ اِسْمَاعِيْلِ بْنِ مُسْلِمِ اْلمَكِّيْ وَهُوَ ضَعِيْفٌ لِكَثْرَةِ غَلَطِهِ وَوَهْمِهِ
Dan dalam sanad hadits diatas ada rowi yang bernama Ismail bin Muslim Al-Makky dan dia itu rowi dho`if karena banyak salahnya dan keragu-raguannya.
5. Karena hadits yang menyatakan Aqiqoh itu pada hari ke 7, hari ke 14 atau hari ke 21 dho`if, maka tidak boleh dijadikan hujjah/ dalil, dan tidak boleh diamalkan.
6. Yang shohih Aqiqoh itu hanya pada hari ketujuh.
Kedudukan hadits, Nabi SAW Aqiqoh pada waktu beliau menjadi Nabi.
Hadits yang menyatakan hal tersebut terdapat didalam kitab Sunan Baihaqi jilid 9 halaman 300 :
عَنْ أَنَسٍ رع أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقَّ عَنْ نَفْسِهِ بَعْدَ النُّبُوَّةِ
Dari Anas r.a bahwa Nabi SAW telah mengaqiqohkan untuk dirinya setelah kenabiannya.
Keterangan :
1. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Baihaqi dalam kitabnya jilid 9 halaman 300.
2. Kedudukan Hadits bathil, munkar dan matruk.
3. Sebagai mana dinyatakan didalam kitab Al-Majmu jilid 8 halaman 431.
هَذَا حَدِيْثٌ بَاطِلٌ . قَالَ البَيْهَقِي هَذَا حَدِيْثٌ مُنْكَرٌ
4. Juga dinyatakan didalam kitab Al-Majmu jilid 8 halaman 432
هُوَ حَدِيْثٌ بَاطِلٌ وَعَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَـرِّرٍ ضَعِيْفٌ مُتَفَقٌ عَلَى ضَعْفِهِ . قَالَ اْلحَافِظُ : هُوَ مَتْرُوْكٌ
Itu hadits bathil dan Abdulloh bin Muharrir adalah dho`if disepakati atas kedho`ifannya. Al-Hafidz berkata : dia itu matruk
5. Kesimpulan
a. Hadits yang menyatakan bahwa Nabi SAW mengaqiqohkan dirinya setelah kenabiannya adalah dho`if jadi tidak boleh diamalkan.
b. Kedho`ifannya karena : bathil, munkar dan matruk
bersamung …
0 Komentar