Seorang Meninggal Dalam Keadaan Shaum Walinya yang Menggantikan
1. SB: I: 2: 240
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُوْسَ بْنِ أَعْيَنَ. حَدَّثَنَا أَبِى. عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَرِثِ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِى جَعْفَرٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جَعْفَرٍ حَدَّثَهُ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله ُ عَنْهَاأَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ.
Bercerita kepada kami Muhammad bin Kholid. Bercerita kepada kami Muhammad bin Musa bin A’yan. Bercerita kepada kami bapakku, dari Amer bin Al-Haritsi, dari Ubaidillah bin Abu Ja’far, bahwa Muhammad bin Ja’far telah menceritakannya dari Urwah dari Aisyah ra: Sesungguhnya Rasulullah telah berkata: Siapa saja yang meninggal dan atasnya masih ada shaum, maka walinya wajib shaumkan untuknya.
2. SB: I: 2: 240
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِالرَّحْيْمِ. حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ عَمْرٍو. حَدَّثَنَا زَائِدَةَ عَنِ اْلأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِيْنِ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ : يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أُمِّيْ مَاتَتْ وَعَلَيْها صَوْمُ شَهْرٍ فَأَقْصِيْهِ عَنْهَا. قَالَ: نَعَمْ قَالَ: فَدَيْنِ الله ِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَ.
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Amer. Bercerita kepada kami Zaidah dari Al-A’masy dari Muslim Al-Bathin dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas ra telah berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi lalu ia bertanya: Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dan ia masih ada shaum sebulan, maka haruskah aku mengqadha untuknya ? Beliau menjawab: Ya. Beliau berkata: Hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk dibayar.
3. SM: I: 510: 153
حَدَّثَنِى هَارُوْنُ بْنُ سَعِيْدٍ اْلأَيْلِيُّ وَأَحْمَدُ بْنُ عِيْسَ. قَلاَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ. أَخْبَرَ نَا عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ أَبِى جَعْفَرٍ. عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله ُ عَنْهَا. أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ.
Telah bercerita kepada kami Harun bin Said Al-Aily dan Ahmad bin Isa, keduanya berkata: Bercerita kepada kami Ibnu Wahab, telah mengkhobarkan kepada kami Amer bin Al-Harits dari Ubaidillah bin Abi Ja’far dari Aisyah ra, seungguhnya Rasulullah telah berkata: Siapa saja yang meninggal dan atasnya masih ada shaum, maka walinya wajib shaumkan untuknya.
4. SM: I: 510: 154
حَدَّثَنِى إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ حَدَّثَنَا عِيْسَ بْنُ يُوْنُسَ. حَدَّثَنَا اْلأَعْمَشُ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِيْنِ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةً أَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ فَقَالَتْ: إِنَّ أُمِّيْ مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمَ شَهْرٍ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ لَوْكَانَ عَلَيْهَا دَيْنٌ أَكُنْتِ تَقْضِيْنَهُ ؟ قَالَتْ: نَعَمْ قَالَ فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ بِالْقَضَاءِ.
Bercerita kepadaku Ishaq bin Ibrohim. Bercerita kepada kami Isa bin Yunus. Bercerita kepada kami Al-A’masy dari Muslim Al-Bathini dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya seorang wanita telah datang kepada Rasulullah saw, lalu ia bertanya: Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan dia masih ada shaum sebulan. Maka beliau berkata: Pendapatmu, andai kata dia punya hutang, haruskah kamu membayarnya ? Ia menjawab: Ya. Beliau berkata: Maka hutang kepada Allah lebih berhak untuk dibayar.
5. SM: I: 510: 155
حَدَّثَنِى أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ الْوَكِيْعِيُّ .حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ. عَنْ سُلَيْمَانَ. عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِيْنِ. عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ. عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ ! إِنَّ أُمِّيْ مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيْهِ عَنْهَا ؟ فَقَالَ: لَوْكَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ. أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا ؟ قَالَ: نَعَمْ . قَالَ: فَدَيْنُ اللهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضىَ.
Bercerita kepada saya Ahmad bin Umar Al-Waki’i. Bercerita kepada kami Husain bin Ali dari Zaidah dari Sulaiman dari Muslim Al-Bathini dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas ra telah berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi, lalu ia berkata: Ya Rasulullah ! Sesungguhnya ibuku telah meninggal dan atasnya masih ada shaum sebulan, apakah aku harus mengqadha untuknya ? Maka beliau bertanya: Andaikata ibumu ada hutang, apakah kamu akan membayar untuknya ? Ia menjawab: Benar. Beliau berkata: Maka hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk dibayar.
Keterangan
1. Hadits-hadits diatas baik shahih Bukhari maupun Muslim secara sanad semuanya shahih, rawi-rawinya orang-orang terpercaya.
2. Hanya saja secara matan, hadits-hadits diatas Tanaqud (bertentangan) dengan Al-Qur’an.
3. Karena tidak otomatis setiap sanadnya orang-orang terpercaya, Matan (isinya) langsung shahih, seperti disebutkan didalam Minhatul Mughits hal: 10
لاَ تَلاَزُمَ بَيْنَ السَّنَدِ وَالْمَتْنِ فِى الصِّحَّةِ لأَنَّ السَّنَدَ قَدْ يَصِحُّ لأَسْتِيْغَائِهِ الشُّرُوْطِ مِنَ الإِتُصَالِ وَغَيْرِهِ وَلاَ يَصِحُّ الْمَتْنُ لِشُذُوْذِ فِيْهِ مَثَلاً وَقَدْ لاَ يَصِحُّ السَّنَدُ لِفَقْدِهِ بَعْضَ الشُّرُوْطِ وَيَصحّ الْمَتْنُ مِنْ طَرِيْقٍ أَخَرَ.
“Tidak otomatis antara sanad dan matan tentang keshahihan (suatu hadits) karena sanad kadang-kadang shahih karena terpenuhinya syarat-syarat bersambung dan yang lainnya. Dan tetapi tidak shohih matan karena adanya kejanggalan didalamnya, misalnya. Dan kadang-kadang sanad juga tidak shahih karena kosongnya/hilang sebagian syarat-syarat, tetapi matannya shohih dari jalan yang lain.
4. Maksudnya, bisa saja didalam suatu hadits ada yang shahih isnad wa dhaiful matan, sebaliknya shahihul matni wa dhaiful isnad.
5. Hadits shohih ialah:
مَاسَلِمَ لَفْظُهُ مِنْ رَكَاكَةٍ وَمَعْنَاهُ مِنْ مُخَالَفَةِ أَيَةٍ أَوْ خَيْرٍ مُتَوَاتِرٍ.
“Hadits yang selamat lafazhnya dari rukakah dan selamat maknanya dari perselisihan/bertentangan dengan ayat Al-Qur’an atau khobar Mutawatir.
6. Jadi hadits-hadits mengenai menshaumkan orang yang sudah meninggal itu adalah shohih isnadnya dan dhaif matannya, karena berlawanan dengan Al-Qur’an antara lain:
A. QS: 2: 286
لَهَامَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ.
& “Ia mendapat pahala apa yang ia usahakannya dan ia mendapat dosa (dari kejahatannya) yang ia kerjakan”
B. Qs: 17: 15
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَأِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَظِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى.
&“Siapa yang berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah) maka sesungguhnya ia berbuat itu untuk dirinya sendiri dan siapa saja yang sesat, maka sesungguhnya dia tersesat bagi dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain”
c. Qs: 29: 6
وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ الله َ لَغَنِيٌّ عَلَى الْعَالَمِيْنَ.
&“Dan siapa saja yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari semesta alam”.
D.Qs: 35: 18
وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لاَ يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْئٌ وَلَوْكَانَ ذَا قُرْيَ.
&“Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikulkan dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun kaum kerabatnya”.
E. Qs: 36:54
فَالْيَوْمَ لاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئاً وَلاَ تُجْزَوْنَ إِلاَّ مَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
&“ Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi kecuali dengan apa yang kamu kerjakan”
F. Qs: 41: 46
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَ بُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
& “Siapa saja yang mengerjakan amal yang sholeh, maka untuk dirinya sendiri dan siapa saja yang berbuat jahat maka atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah Robbmu menganiaya para hamba-Nya”
G.Qs: 45: 28
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
&“ Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap ummat berlutut, tiap-tiap ummat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang kamu kerjakan”
H. Qs: 53: 38,39
أَلاَّ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلاَّ مَاسَعَى.
& “(yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah ia usahakannya”
7. Semua ayat diatas (Qs: 2: 286. Qs: 17: 15. Qs: 29: 6. Qs: 35: 18. Qs: 36: 54. Qs: 41: 46. Qs: 45: 28 dan Qs: 53:38,39) menyatakan, bahwa seseorang akan mendapat pahala atau dosa, hasil usahanya sendiri dan dosa orang lain tidak bisa dibebankan kepada seseorang begitu juga pahala.
8. Disinilah letak berlawanannya hadits-hadits diatas dengan Al-Qur’an tersebut, yakni seolah-olah wali seorang yang meninggal bertanggung jawab atas beban yang diberikan Allah kepadanya, padahal kita semua tahu, orang yang sudah meninggal itu tidak terkena hukum takhlifiyah lagi.
9. Jadi hadits-hadits diatas tidak bisa diamalkan karena disebut “Shohihul Isnad Wadhoiful Matni”. Shohih sanadnya tetapi lemah matannya dan juga tanaqud dengan Al-Qur’an.
0 Komentar