Berbekam Antara Makruh dan Batal Shaum
Ada dua macam pendapat penetapan hukum berbekam, yaitu ada yang menghukumkan makruh dan ada yang menghukumkan batal shaum.
A. Alasan masing-masing yang dapat membatalkan shaum
1. SAD: I: 547: 2367
عَنْ أَبِى أَسْمَاءَ. عَنْ ثَوْبَانَ. عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ.
Dari Abu Asma, dari Tsaubah dari Nabi telah berkata: Membatalkan (shaum) orang yang membekam dan orang yang dibekam.
2. SAD: I: 547: 2369
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَتَى عَلَى رَجُلٍ بِالْبَقِيْعِ وَهُوَ يَحْتَجِمُ وَهُوَ آخْذٌ بِيَدِى لِثَمَانِ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ فَقَالَ: أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ.
Dari Syadad bin Aus: Sesungguhnya Rasulullah telah mendatangi seorang laki-laki di Baqi dan dia sedang berbekam, dan beliau memegang tanganku pada waktu hari yang ke 18 bulan Ramadhan. Maka beliau berkata: Orang yang membekam dan yang dibekam batal (shaumnya).
3. SAD: I: 548: 2370
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى النَّبِيِّ أَحْبَرَهُ أَنَّ نَبِيَّ الله ِ قَالَ: أَفْطَرَا الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ.
Dari Tsauban, hamba Nabi telah menceritakannya bahwa Nabi telah berkata: Telah membatalkan (shaum) orang yang membekam dan yang dibekam.
4. SAD: I: 548: 2371
عَنْ أَبِى أَسْمَاءَ الرَّحَبِيَّ عَنْ ثَوْبَانَ.عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ.
Dari Abu Asma Ar-Rahaby, dari Tsauban, dari Nabi telah berkata: Telah membatalkan (shaum) orang yang membekam dan yang dibekam.
5. JSH: II: 136: 771
عَنْ رَافِعِ بْنِ خُدَيْجٍ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُوْمُ.
Dari Rafi bin Khudaij dari Nabi telah berkata: Telah membatalkan puasa orang yang membekam dan yang dibekam.
Keterangan:
1. Hadits-hadits diatas diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah dan Ibnu Hibban.
2. Hadits-hadits tersebut menjelaskan, bahwa orang yang mengerjakan sesuatu yang dapat membatalkan shaum seseorang, maka dapat membatalkan juga shaumnya sendiri.
3. Kata Imam Ahmad, hadits tersebut ialah hadits Rafi bin Khudaij
4. Kata Ibnu Al-Madini, hadits yang paling shahih didalam bab ini adalah hadits yang diriwayatkan Tsauban dan Syaddad bin Aus.
5. Yang manapun yang shohih, intinya/matannya sama, tidak saling berlawanan bahkan saling mendukung yaitu dapat membatalkan shaum bagi yang membekam dan yang dibekam.
6. Hadits-hadits diatas dijadikan dalil bagi yang berpendapat, bahwa orang yang membekam dan yang dibekam sama-sama batal shaumnya, sehingga wajib bagi mereka untuk mengqadhanya, yang berpendapat sesuai dengan hadits diatas adalah:
a. Ali
b. Atha
c. Al-Auzai
d. Imam Ahmad
e. Ishak
f. Abu Tsaur
g. Ibnu Khuzaimah
h. Ibnul Mundzir
i. Abul Walid An-Naisaburi
j. Ibnu Hibban
7. Juga dikalangan shohabat yang menguatkan hadits-hadits diatas, bahwa yang membekam dan yang dibekam sama-sama batal adalah Aisyah dan Abu Huroiroh.
8. Sementara itu jumhur berpendapat, bahwa membekam itu dapat merusak puasa, dikatakan oleh Abdur-Rahman Al-Mahdi didalam hisabnya Al-Bahrul Muhith dari:
a. Ali bin Abi Tholib
b. Hasan bin Ali
c. Anas
d. Abu Said Al-Khudri
e. Zaid bin Arqzm
f. Hasan Al-Bashri
g. As-Shiddiq
h. Al-Atha.
9. Juga diperkuat dan didukung oleh:
a. Said bin Abi Waqash
b. Husain bin Ali
c. Ibnu Mas’ud
d. Ibnu Abbas
e. Ibnu Umar
f. Ummu Salamah
g. As-Sya’bi
h. Urwah
i. Al-Qasim bin Muhammad
j. Atha bin Yasar
k. Zaid bin Aslam
l. Ikrimah
m. Abul Aliyyah
n. Ibrahim
o. Sufyan
p. Imam Malik
10. Sebagai kesimpulan bahwa: Menurut hadits-hadits diatas ada dua pendapat:
a. Yang membekam dan yang dibekam adalah sama-sama dapat membatalkan shaum dan wajib Qadha.
b. Sama-sama rusak shaumnya, berarti shaumnya sah tetapi tidak dapat pahala.
B. Yang Tidak Membatalkan Shaum
1. SAD: I: 548: 2372
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ إِحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ.
Dari Ibnu Abbas: Sesungguhnya Rasulullah pernah berbekam padahal beliau sedang shaum.
2. SAD: I: 548: 2373
عَنْ مِقْسَمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ إِحْتَجُمَ وَهُوَ صَائِمٌ مُحْرِمٌ.
Dari Miqsam, dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah pernah berbekam dan beliau sedang shaum dan ihram.
3. SAD: I: 548: 2375
عَنْ ثَابِتٍ قَالَ: قَالَ أَنَسٌ مَاكُنَّا نَدَعَ الْحِجَامَةَ لِلصَّائِمِ إِلاَّ كَرَامِيَةَ الْجَهْدِ.
Dari Tsabit ia berkata: Anas berkata: Kami tidak pernah melarang berbekam bagi orang yang shaum kecuali takut tidak kuat.
4. NA: IV: 466: 4
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ إِحْتَجَمَ وَهُوَ وَاحْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ (رواه أحمد و البخارى)
Dari Ibnu Abbas: Sesungguhnya Nabi pernah berbekam padahal beliau sedang Ihrom dan pernah juga berbekam dan beliau sedang shaum (Hr. Ahmad dan Buhkari).
عَنْ ثَابِتِ الْبَنَّانِى أَ نَّهُ قَالَ ِلأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: أَكُنْتُمْ تَكْرَهُوْنَ الْحِجَامَةَ لِلصَّائِمِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ قَالَ: لاَ إِلاَّ مِنْ أَجْلِ الضَّعْفِ. (رواه البخارى)
Dari Tsabit Al-Banani, sesungguhnya ia bertanya kepada Anas bin Malik: Apakah engkau menganggap makruh berbekam bagi yang sedang shaum di zaman Nabi? Anas menjawab: Tidak kecuali karena (takut) tidak kuat (Hr. Bukhory)
وَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى لَيْلَى عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِهِ النَّبِيِّ قَالَ: إِنَّمَا نَهَى النَّبِيُّ عَنِ الْوِصَالِ فِى الصِّيَامِ وَالْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ ابْقَاءِ عَلَى أَصْحَابِهِ وَلَمْ يُحْرِمْهُمَا (رواه أحمد و أبو داود)
Dan dari Abdur-Rahman bin Abi Laila dari seorang shohabat Nabi dia berkata: Nabi hanya melarang shaum wishal dan berbekam itu semata-mata demi kepentingan shahabat-shahabatnya, dan beliau tidak mengharamkannya. (Hr Ahmad dan Abu Daud)
وَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَوَّلُ مَاكُرِهَتِ الْحِجَامَةُ لِلصَّائِمِ أَنَّ جَعْفَرَ بْنَ أَبِى طَالِبٍ احْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ فَمَرَّبِهِ النَّبِيُّ فَقَالَ: أَفْطَرَ هَاذَانِ ثُمَّ رَخَّصَ النَّبِيُّ بَعْدُ فِى الْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ وَكَانَ أَنَسٌ يَحْتَجِمُ وَهُوَ صَائِمٌ
(رواه الدارقطنى و قَالَ كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ وَلاَ أَعْلَمُ لَهُ عِلَّهٌ)
Dari Anas telah berkata: Yang menjadi makruh berbekam bagi orang yang shaum, bahwa Ja’far bin Abu Thalib pernah berbekam padahal dia sedang shaum, Nabi lewat bertemu dengannya, lalu beliau berkata: Dua orang ini (yang dibekam dan yang membekam) batal shaumnya, kemudian Nabi memberikan keringanan tentang berbekam bagi yang shaum, dan Anas juga pernah berbekam saat sedang shaum. Hr. Daruquthni dan Ia berkata: Semua rawi dapat dipercaya. Dan aku tidak mengetahui adanya illat/cacat pada hadits itu.
Keterangan:
- Hadits nomor 4 dan 6 dan 7 yang diriwayatkan oleh para pemilik Sunan dari jalur Hakam dari Muqsim dari Ibnu Abbas, dianggap hadits Ma’lul (cacat).
- Ada yang berpendapat bahwa berbekam itu tidak sampai membatalkan shaum, tetapi alasan/hujjah yang dikemukakan oleh mereka hadits-hadits yang derajatnya Ma’lul, maka pendapat ini tidak kuat.
- Sedangkan hadits nomor 5 riwayat Imam Bukhari adalah hadits shohih yang dianggap makruh berbekam bagi yang tidak kuat.
- Sebenarnya hadits-hadits diatas dapat dikompromikan, bahwa berbekam itu hukumnya :
- Makruh bagi yang lemah.
- Tidak makruh bagi yang fisiknya kuat.
- Jadi berbekam tidak membatalkan shaum bagi yang kuat.
- Sebagai ihtiar/kehati-hatian, berbekam di malam hari saja.
0 Komentar